- Adanya Pengulangan Makna: Ini adalah ciri utama dari majas pleonasme. Ada kata atau frasa yang sebenarnya sudah mengandung makna yang sama dengan kata atau frasa lain dalam kalimat tersebut.
- Tujuan Penekanan: Pengulangan makna tersebut bukan tanpa alasan. Tujuannya adalah untuk memberikan penekanan atau memperkuat pesan yang ingin disampaikan.
- Tidak Mengubah Makna Dasar: Meskipun ada pengulangan, makna dasar kalimat tidak berubah. Hanya saja, penekanan yang diberikan membuat pesan menjadi lebih kuat.
- Sering Digunakan dalam Percakapan Sehari-hari: Tanpa kita sadari, majas pleonasme sering muncul dalam percakapan sehari-hari.
- Umum dalam Karya Sastra: Majas pleonasme juga sering digunakan dalam karya sastra untuk menciptakan efek puitis dan memperdalam makna.
- "Saya melihat kejadian itu dengan mata kepala saya sendiri."
- "Dia turun ke bawah dari tangga."
- "Kami semua maju ke depan untuk memberikan dukungan."
- "Para siswa mundur ke belakang karena ketakutan."
- "Demi kepentingan bersama, mari kita selesaikan masalah ini."
- "Sebaiknya kita harus mempertimbangkan semua opsi yang ada."
- "Warna merah darah membasahi lantai."
- "Suara bising gaduh itu membuatku tidak bisa berkonsentrasi."
- "Cuaca panas terik membuatku ingin segera minum es teh."
- "Es kopi dingin ini sangat menyegarkan."
- Memberikan Penekanan: Ketika kamu ingin memberikan penekanan pada suatu pernyataan atau perasaan, majas pleonasme bisa menjadi pilihan yang tepat. Contoh: "Saya sangat benar-benar menyesal atas kesalahan yang telah saya lakukan."
- Menciptakan Efek Dramatis: Dalam karya sastra, majas pleonasme bisa digunakan untuk menciptakan efek dramatis dan memperdalam makna. Contoh: "Di tengah malam sunyi sepi, terdengar suara lolongan serigala."
- Menekankan Keyakinan: Ketika kamu ingin meyakinkan seseorang tentang sesuatu, majas pleonasme bisa membantu memperkuat argumenmu. Contoh: "Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri, dia yang melakukannya!"
- Menarik Perhatian: Penggunaan majas pleonasme yang tepat bisa menarik perhatian pembaca atau pendengar. Contoh: "Harga promo diskon gila-gilaan hanya berlaku hari ini!"
Guys, pernah denger istilah majas pleonasme? Atau mungkin pernah tanpa sadar menggunakannya dalam percakapan sehari-hari? Nah, kali ini kita bakal bahas tuntas tentang majas yang satu ini. Dijamin setelah baca artikel ini, kamu bakal makin paham dan bisa mengidentifikasi, bahkan menggunakan majas pleonasme dengan tepat. Yuk, simak!
Apa Itu Majas Pleonasme?
Pleonasme, dari segi bahasa, berasal dari bahasa Yunani "pleonazein" yang berarti "berlebihan". Dalam dunia linguistik dan retorika, majas pleonasme adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata yang sebenarnya tidak perlu atau berlebihan untuk memperjelas suatu maksud. Tapi tunggu dulu, meskipun terkesan berlebihan, penggunaan majas ini justru punya tujuan tertentu, yaitu untuk memberikan penekanan atau efek dramatis pada suatu pernyataan. Jadi, bukan sekadar asal menambahkan kata, ya!
Dalam penggunaan sehari-hari, kita seringkali tanpa sadar menggunakan majas pleonasme. Misalnya, ketika kita bilang "Saya sudah melihatnya dengan mata kepala saya sendiri". Sebenarnya, kata "dengan mata kepala saya sendiri" itu sudah cukup jelas menunjukkan bahwa kita benar-benar melihatnya, tapi penambahan kata-kata tersebut memberikan penekanan lebih pada keyakinan atau keheranan kita terhadap apa yang kita lihat. Atau contoh lain, "Mendaki gunung itu harus naik ke atas". Kata "ke atas" sebenarnya sudah terkandung dalam kata "mendaki", tapi penambahan ini bisa memberikan kesan bahwa pendakian itu benar-benar berat dan membutuhkan usaha ekstra.
Secara sederhana, majas pleonasme bisa diartikan sebagai pengulangan informasi yang sebenarnya sudah terkandung dalam kata atau frasa lain. Pengulangan ini bukan karena ketidaktahuan, melainkan sebagai strategi untuk memperkuat pesan yang ingin disampaikan. Bayangkan seperti memberikan highlight pada bagian penting dalam sebuah teks. Majas pleonasme juga sering digunakan dalam karya sastra, seperti puisi dan prosa, untuk menciptakan efek puitis dan memperdalam makna.
Perlu diingat, penggunaan majas pleonasme harus dilakukan dengan hati-hati dan mempertimbangkan konteksnya. Terlalu sering atau tidak tepat dalam menggunakan majas ini justru bisa membuat kalimat menjadi terdengar aneh atau bertele-tele. Jadi, pahami dulu betul apa yang ingin kamu tekankan dan bagaimana efek yang ingin kamu ciptakan sebelum memutuskan untuk menggunakan majas pleonasme. Dengan pemahaman yang baik, majas pleonasme bisa menjadi alat yang ampuh untuk membuat komunikasi kita menjadi lebih efektif dan menarik.
Ciri-Ciri Majas Pleonasme yang Perlu Kamu Tahu
Supaya lebih gampang dalam mengidentifikasi majas pleonasme, ada beberapa ciri-ciri yang bisa kamu perhatikan:
Contoh-Contoh Majas Pleonasme dalam Kalimat
Biar makin jelas, berikut ini beberapa contoh majas pleonasme dalam kalimat:
Dalam contoh-contoh di atas, kata-kata yang dicetak tebal adalah contoh penggunaan majas pleonasme. Kata-kata tersebut sebenarnya tidak perlu ada karena maknanya sudah terkandung dalam kata atau frasa lain dalam kalimat tersebut. Tapi, dengan adanya kata-kata tersebut, penekanan pada pesan yang ingin disampaikan menjadi lebih kuat.
Perbedaan Majas Pleonasme dengan Majas Tautologi
Banyak yang seringkali tertukar antara majas pleonasme dan majas tautologi. Sekilas, keduanya memang terlihat mirip karena sama-sama menggunakan pengulangan kata. Tapi, ada perbedaan mendasar di antara keduanya.
Majas Pleonasme menggunakan pengulangan kata yang sebenarnya tidak perlu untuk memberikan penekanan atau efek dramatis. Kata-kata yang diulang memiliki makna yang sama atau mirip dengan kata lain dalam kalimat tersebut.
Majas Tautologi menggunakan pengulangan kata yang berbeda, tetapi memiliki makna yang sama. Tujuannya adalah untuk memperjelas atau mempertegas suatu pernyataan. Dalam majas tautologi, kata-kata yang diulang biasanya memiliki konotasi yang berbeda, sehingga memberikan nuansa yang lebih kaya pada kalimat.
Contoh majas tautologi: "Harta adalah kekayaan". Kata "harta" dan "kekayaan" memiliki makna yang sama, tetapi kata "kekayaan" memberikan konotasi yang lebih luas dan mendalam.
Jadi, perbedaan utama antara majas pleonasme dan majas tautologi terletak pada jenis kata yang diulang dan tujuan pengulangan tersebut. Pleonasme fokus pada penekanan dengan kata yang mirip, sementara tautologi fokus pada memperjelas dengan kata yang berbeda namun semakna.
Kapan Sebaiknya Menggunakan Majas Pleonasme?
Penggunaan majas pleonasme sebaiknya dipertimbangkan dengan matang. Jangan sampai penggunaan yang berlebihan justru membuat kalimat menjadi terdengar aneh atau bertele-tele. Berikut ini beberapa situasi di mana penggunaan majas pleonasme bisa efektif:
Kesimpulan
Oke guys, sekarang udah paham kan apa itu majas pleonasme? Intinya, majas pleonasme adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata yang berlebihan untuk memberikan penekanan atau efek dramatis. Meskipun terkesan berlebihan, penggunaan majas ini bisa efektif jika dilakukan dengan tepat dan mempertimbangkan konteksnya. Jangan ragu untuk menggunakan majas pleonasme dalam percakapan sehari-hari atau dalam karya tulismu, tapi ingat, gunakan dengan bijak ya! Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasanmu tentang dunia bahasa dan sastra!
Lastest News
-
-
Related News
Friday Night Lights News4Jax: High School Football Coverage
Jhon Lennon - Oct 23, 2025 59 Views -
Related News
William Anak: A Guide To His Work And Legacy
Jhon Lennon - Oct 23, 2025 44 Views -
Related News
Pseicrecenciase: Unraveling The Meaning Behind The Word
Jhon Lennon - Oct 23, 2025 55 Views -
Related News
Bastian Schweinsteiger's Manchester United Journey
Jhon Lennon - Oct 29, 2025 50 Views -
Related News
ASX Cargo Services Pvt Ltd: Your Logistics Partner
Jhon Lennon - Oct 23, 2025 50 Views